Ibu tidak pernah punya jadwal libur. Libur dalam artian seluas luasnya.
Saat libur di kantor maka kewajiban berikutnya menghadang.
Kewajiban yang sungguh tidak mudah. Lebih tidak mudah dari sekedar berangkat kekantor duduk didepan komputer, ketak-ketik, browsing-browsing, bolak balik kertas, baca-baca, bincang sana-bincang sini, pulang.
Kewajiban utama Ibu, membahagiakan keluarga.
Ibu sudah harus dirumah sebelum sang Komandan pulang. Itu wajib. lebih wajib dari memasak untuk sang Komandan... heee karena memasak bisa dialih tugaskan ke warteg-warteg dan wardang-wardang atau warsun-warsun terdekat dikota anda.
Tapi menyambut sang komandan jangan sampai dialih tugaskan kepada yang lain....
Apalagi sampai Asisten rumah tangga yang menyambut....
Membuat belahan-belahan jiwa tertawa.
Itu wajib. Walaupun kadang Ibu lah yang membuat belahan-belahan jiwanya menangis karena larangan-larangan sang Ibu, tapi pasti ada alasan kuat dibalik semua itu. dan tentu Kebaikanlah yang bersembunyi dibalik kecerewetan sang Ibu.
Adalah sebuah kebagahgiaan yang sangat bagi seorang Ibu melihat sang belahan jiwa tertawa bahagia.
Alkisah, pagi tadi saya melihat anak teman sekantor saya asyik membawa mainan motor-motoran kecil. Tiba-tiba saya langsung teringat si abang di rumah. Pastilah dia juga sangat suka mainan seperti itu. Jadilah jam makan siang saya keluar muter-muter ke toko mencari mainan itu. Siang yang panas membuat muka saya memerah. gerah. dan lelah.
Sampai di rumah langsung saya berikan, waah melihat ekspresi wajah si abang, senang bukan kepalang hati saya... hilang panas gerah dan lelah sudah.... bukan mainan mahal tapi si abang senang sekali. Nampaknya dia senang karena Ibu ingat dia... dan membelikan sesuatu untuknya, mungkin inilah salah satu bentuk perhatian Ibu...
***** dah sore, pulang dulu aahhh... lanjut lagi kapan-kapan--