25 Agustus 2010

BUDAYA TITIP ABSEN

Ah, masa... emang titip absen itu budaya? budayanya siapa? pantas gak pantas jadi tajuk biarin aja ah... aku lagi pingin kasih judul itu...

Beberapa mahasiswa bilang ttitp absen itu hal yang lumrah dan wajar... bukan suatu pelanggaran berat, begitu kata mereka.  Aku sendiri semasa kuliah gak pernah pake acara titip-titip absen, bukannya karena aku ini sok baik atau sok bener tapi karena ga pernah ada kesempatan hehehe...... ya, gimanalah bisa titip absen lha wong kuliahnya aja sistem paket bukan SKS  jadi jamnya padat banget dan sekelas tak lebih dari 25-30 orang dan tiap kali masuk kelas dosennya ngabsen satu persatu persis jaman SD dulu.  Jadi ya terima konsekwensi aja... gak masuk berarti kena kompen yang akan dihitung dan harus dibayar diakhir semester dengan uang atau kerja fisik.

Masuk dunia kerja ternyata titip menitip itu juga masih lumrah dan wajar..... dulu dikantor masih pake sistem absen ceklok yang bisa dititip dengan mudah. 

Kemudian untuk meningkatkan kedisiplinan akhirnya absensi/kehadiran diberikan kompensasi berupa uang dimana karyawan yang absen sebelum jam 8 pagi akan mendapat uang kehadiran sedang yang lewat jam 8 tidak.  Dan mesin absen diganti dengan sistem hand key, jadi tidak bisa dititp kecuali tangannya dicopot dulu heeee....

Aku pikir dengan handkey maka mati kutulah para penitip absen ini.  Tapi ternyata masih juga bisa diakalin.  Mereka datang kekantor jam 7 pagi, absen dan kemudian pulang lagi dan datang kekantor sekitar jam 9an (umumnya tempat tinggal mereka dekat kantor)... haaayyah, apa bedanya kalo gitu....

Aku sendiri termasuk orang yang selalu dapat uang kehadiran yang paling kecil dibanding teman-teman yang lain, karena aku ini pemalas yang hampir selalu datang telat dan udah gitu ga ada usaha pula buat ngakalin absen...

Bagiku titip absen itu sama dengan membohongi diri sendiri dan orang lain.  Bukannya aku tak pernah bohong... sebagai manusia tentulah pernah.  Tapi menurutku bohong itu harus disaat yang tepat dan terpaksa *).  Kalo cuma demi rupiah yang tak seberapa rasanya sayang sekali yah kalo mesti bohong....

Jadi barangkali habbit titip absen yang terbawa dari jaman sekolahan/kuliahan berlanjut sampai ke dunia kerja termasuk para anggota dewan yang terhormat yang sempat ramai beberapa waktu yang lalu.

hayooooo temen-temen ada yang suka TA juga ngga???

*) Plis, Jangan tanya kapan waktu yang tepat untuk berbohong dan apa hukumnya berbohong disaat yang terpaksa sama saya ya....

12 komentar:

  1. hahaha pak dosen gak mau kasih celah yaa........
    dulu saya terima konsekwensinya bayar kompen tiap akhir semester bersihin kaca dan nyampul buku perpus.....

    BalasHapus
  2. Titip absen? Ga deh, mba. Temen sekelasku pas kuliah pelit semua *hahaha... Jadi nikmatin kuliah yg ada sambil nikmatin jatah bolos 3x per semester :)

    BalasHapus
  3. Nah ini dia.... kalau rakyat yang (ngaku bersih) banyak mendemo atau sekedar mengeluhkan buruknya prilaku pejabat,,,,,,,,sebenarnya ada juga pejabat (yang ngaku bersih) mengeluhkan prilaku rakyat yang buruk..........

    Jadi.......dari puncak sampai ke dasar keburukan prilaku menjadi momok......

    Berikut tulisan sayayang telah saya posting beberapa bulan lalu di FB saya, mudah-mudahan mamah(nya) opang mau membacanya.


    Besarkanlah Kepedulian Bagi Pembaikkan Masalah…..

    Perhatikanlah Elang, bagaimana ia berputar di udara untuk mencari mangsa.? Keberadaannya di udara membuat ia lebih mampu mengetahui dimana dan sedang apa mangsanya…..

    Perhatikanlah para pengintai di bukit-bukit pasir, ia mengendap menatap ke sekitar perkemahan lawan di lereng bukit. Dari posisi itu para pengintai lebih mampu membaca keadaan lawan….

    Perhatikanlah Tim SAR pencari korban kapal tenggelam di laut lepas, dari atas air ia akan dapat menelisik setiap sudut pandang ke laut untuk mencari korban. Apakah ia dapat lebih menjangkau pencarian korbannya dengan berenang di laut?.

    Perhatikanlah kamera CC TV, dari posisi tinggi atau di atas akan mampu merekam lebih banyak apa yang terjadi dalam area jangkauannya……

    Perhatikanlah teropong bintang, dari sudut “intip” yang terfokus, ia lebih mampu ‘mengintai’ apa yang ada di langit…….

    Perhatikanlah diri kita, apakah dengan ‘tercebur’ dalam suatu masalah kita dapat ‘memetakan’ masalah dengan lebih baik, ataukah dengan berada di atas masalah kita dapat lebih jernih membaca masalah ?. Kalau dalam ‘memetakan’ dan membaca masalah tidak sebaik yang seharusnya, dapatkah orang kemudian merumuskan solusi bagi masalah ?.

    Keluarkanlah diri dari masalah yang kita ingin focus bagi penyelesaiannya. Luruskanlah niat bagi benarnya penyelasiaan yang ingin kita hasilkan. Posisikan penilaian kita pada posisi tanpa kecendrungan apapun selain kebaikkan. Jujur dan berbesar hatilah dalam membaca fakta-fakta/kenyataan yang kita temukan dalam masalah itu………… Jangan ‘vermak’ pakaian sambil dikenakan, jangan sol sepatu sambil terpakai…….

    Orang-orang yang mencari penyelesaian suatu masalah padahal ia ada di dalam “stadion” permasalahan akan memiliki kecendrungan untuk tidak jujur dalam membaca fakta dan kenyataan. Makin tinggi kecendrungan orang untuk tidak jujur dalam membaca fakta dan kenyataan akan semakin kuat keinginannya bagi penguasaan atas penyelesaian masalah. Cara terbijak “terlibat” dalam masalah adalah menatap masalah dari jarak pandang paling ideal lalu telanjangilah masalah, perhatikan setiap lekuk-lekuknya, gerakannya, bagian terdalamnya, dan seterusnya, lalu sikapilah dan perlakukanlah masalah dengan penuh kasih sampai kita dapat “menyusunnya” kembali dalam kebaikkan yang membaikkan.

    Elang di udara bukan bagian dari tikus-tikus di ladang. Para pengintai di bukit-bukit bukan bagian dari serdadu di perkemahan lereng bukit, Tim SAR bukan bagian dari korban “mengambang” di laut, Kamera CC TV bukan bagian dari penggiat di ‘tatapannya’, Teropong bintang bukan bagian dari galaxi di langit. Pribadi-pribadi yang baik dan membaikkan selalu berada di “jarak pandang” paling ideal terhadap masalah.

    Maka….. “lokasikan” diri jauh dari bibir-bibir masalah. Kuatkanlah penolakan diri dari ‘panggilan’ yang mendekatkan diri pada masalah. Besarkanlah kepedulian bagi pembaikkan masalah.

    Lalu berharaplah………….

    ( Dari Rasikin untuk sahabat semua, Cibinong, 13 – April – 2010 )

    BalasHapus
  4. @maya,
    dirimu udah puas bolos pas jaman SD sama emakmu itu toooh....,
    3x per semester itu yang ketauan aja kan??? yang engga pasti banyak yaaa...

    *ngga percaya mba mae

    BalasHapus
  5. @kang ikin,
    hahaha.... aku tau kang ikin pasti keluar buat komen postingan2 yang model begini.... hehehhe
    aku udah baca yaaa.... dan aku nggak ngaku (jadi rakyat) bersih looo kan akyu udah bilang aku juga suka boong juga tapi disaat tertentu yeeee....
    karena bukan frennya kang ikin di fb aku komen disini aja ya..... tulisan kang ikin selalu berat-berat buatku, hampir gak nyampe dan kudu berfokus bacanya (walau tetep gak nyampe)

    BalasHapus
  6. ** lagi garuk-garuk kepala habis baca komennya Kang Ikin.....

    BalasHapus
  7. Makanya kalau mau baca komen kramas dulu yang bersih, biar gak gatel.....he....he...he...

    BalasHapus
  8. Kamu murid saya yang sering nunggak SPP ya ?......Hik...hik...hikkkk

    BalasHapus