25 Agustus 2010

Dari SDD ke Ari Reda, Sama enaknya, sama indahnya, sama luar biasanya.....

Masih teringat suara bersahaja pak sapardi Djoko Damono (SDD) 12 tahun yang lalu.  Sebenernya aku sudah sering membaca puisi-puisi kakek romantis ini, tapi melihat penampilannya secara langsung benar-benar membuatku menahan napas sesaat saking terpesonanya.  Sayangnya jaman itu belum ada kamera digital (atau sudah ada tapi aku belum punya heee), masih jaman analog yang kalo mau motret kudu beli film dulu terus dicuci jadi negatif film baru dicetak, bagi mahasiswa kere yang masih disubsidi penuh oleh ortu agak berat rasanya....  HaPe pun hanya dimiliki oleh pengusaha-pengusaha saja kala itu, entah sudah ada yang berkamera atau belum yang jelas aku belum punya.  Jadi tak ada acara motret memotret sang idola.  Ya, walaupun baru punya buku Pak SDD cuma sebiji aja 'Hujan Bulan Juni',  tapi sumpehhh saya penggemar berat, perkara gak punya koleksi lengkap adalah karena cari bukunya itu rada susah.... apalagi semenjak menikah dan punya baby emang jarang sekali ke Toko Buku, paling banter ke Perpustaan sebelah ruangan itupun kalo lagi gak ada kerjaan.....


Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikanya abu

Aku ingin mecintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

SDD (1989)

Kebayang gak kalo ada cowok yang buatin puisi seindah dan seromantis itu buat kita... pasti langsung klepek-klepek deh....


Peristiwa Pagi Tadi,

Pagi tadi seorang sopir Oplet bercerita kepada pesuruh kantor
tentang lelaki yang terlanggar motor waktu menyeberang.

Siang tadi pesuruh kantor bercerita kepada tukang warung
tentang sahabatmu yang terlanggar motor waktu menyeberang,
membentur aspal, lalu beramai-ramai diangkat ketepi jalan.

Sore tadi tukang warung bercerita kepadamu tentang aku yang

terlanggar motor waktu menyeberang, membentur aspal, lalu

diangkat beramai ramai ke tepi jalan dan menunggu setengah jam
sebelum dijemput ambulans dan meninggal sesampai di rumah sakit.

Malam ini kau ingin sekali bercerita padaku tentang peristiwa itu.

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.


Hari ini bertemu dengan seorang teman yang dulu melihat penampilan Pak SDD bareng.  Dia kasih sebuah keping CD "Gadis Kecil" berisi musikalisasi puisi Pak SDD.  Dibawakan oleh Mbak Reda Gaudiamo dan Ari Malibu.  Suaranya luaaaaaaarrrrrrr biasa bening...... dengarkan petikan gitarnya di 'Nokturno' dan alunan flute (bener gak yah alat musiknya itu??? kalo salah yah maap heeee) yang membuat suasana hati senyap, adeem, saking senyapnya suara krucuk krucuk di perut sampe kedengeran heheheh.....

Aku belum pernah menyaksikan secara langsung penampilan Mbak Reda dan Ari ini, tapi berharap sangat suatu hari nanti mudah-mudahan mereka bisa hadir di UI atau sekitaran Depok.  Sempat searching barusan, kabarnya ada album komersil mereka bertajuk "Becoming Dew" yang juga berisi musikalisasi puisi pak SDD.  Sempat klik link yang ada di blog mereka untuk dengerin Becoming dewnya.. sayangnya ternyata kompie ku belum terinstal windows media player.  Niatin banget sore ini mau cari Becoming dewnya sekalian ngabuburit, tapi dimana yaaaaaaaaaaaaa......????


*Mau upload "Ketika jari-jari bunga terbuka" tapi ga enak belum ijin sama yang punya... nanti deh kapan-kapan nanya dulu sama empunya...... tapi sumpeehhh lagunya ok's banggeeet.....






2 komentar:

  1. Hehehe... Saya juga suka SDD, mba... Ga semua puisinya saya tahu. Tapi hujan di bulan juni itu emang keren banget...

    BalasHapus
  2. saya juga.... ya, luar biasa banget deh....

    BalasHapus