Pagi ini sebelum berangkat kerja saya terlibat sebuah percakapan dengan Mbak Ana, Seorang wanita berusia 38 tahunan yang sudah 3 tahunan ini bantu-bantu di rumah selama saya bekerja....
"Mbaak, nanti ini beras dimasak saja semua yaa... siang nanti baru saya beli lagi, kemarin saya tidak sempat ke pasar...."
"Lho jangan bu, masa di masak semua???"
"iya ngga apa-apa," tukas saya
"Kata Ibu saya dikampung, beras di rumah itu ga boleh sampai habis bu, harus disisa'in..."
"Lho emang kenapa?"
"Iya pokoknya ngga boleh bu, katanya rejeki kita selalu ada... jadi ngga pernah kekurangan..."
haiiiyyyyaaa, entah terpengaruh kata-kata si Mbak Ana entah apa, akhirnya sebelum kerja saya ke pasar dulu beli beras, padahal si Beaty baru saja di cuci, alhasil si Beaty bau sampah pasar lagi dehh karena pasarnya lumayan becek kemarin sore hujan deras......
Tapi ngomong-ngomong soal kehidupan Mbak Ana, memang terlihat sederhana tapi tak pernah kekurangan. Jarang dia pinjam uang ke saya, kecuali kalau Ayahnya di kampung sakit. Suaminya adalah seorang Tukang Ojek, katanya setiap hari dia dikasih uang belanja Rp. 10.000,- , dan setengah dari gaji dia sendiri tiap bulan dikirim ke kampung.
Ngomong-ngomong juga soal beras di tempayan yang ga boleh sampe kosong sama Mbak Ana, jangan-jangan dia juga terinspirasi dari kisahnya Jaka Tarub dan Nawang Wulan yang selendangnya diumpetin di tempat simpan berasnya..... atauuuuw jangan jangan Mbak Ana juga titisan Nawang Wulan kahhh.....
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar