19 Februari 2013
When SIlly Met Venus Pg. 6 [baca: IPAR]
Pernah baca buku itu? atau paling ga pernah blog walking ke blog mereka yang super ceriwis dan rame abis?
Membaca tulisan mereka saya sempet terkagum-kagum dan membayangkan sosok dua perempuan ini, yang bisa nyerocos tanpa pernah kehabisan stok kata-kata.
Ceritanya, suatu ketika saya lagi agak ngga sreg sama ipar, iseng-iseng ngetik keywords tentang ipar di gugel, dan muncullah banyak blog tentang ipar dalam sudut pandang islam (ini yang paling banyak), ipar (dalam blog seks), dan salah satunya membawa saya kesebuah blog di kompasiana yang merujuk ke blog dan buku ini. langsunglah saya iseng-iseng cari bukunya, ringan dan kocak.... nahh, yang paling kocak dan bikin ngakak adalah pendapatnya tentang ipar di halaman 6 itu, here it is....
dari tulisan itu terlihat bagaimana perempuan dalam sudut pandang perempuan, mereka menggambarkan saudara ipar dalam kurung perempuan kurung tutup memang sosok yang lebih rumit dibanding ipar laki-laki yang cenderung lebih tidak mau mencampuri urusan orang lain. Kita bisa memilih suami yang klik dan sesuai dengan kriteria, tapi sayangnya suami yang klik dihati kita itu belum tentu keluarganya klik dihati juga, bukan? sayangnya suami, ipar dan mertua itu sudah paket komplit yang harus diterima utuh, baik klik ataupun tidak klik. Bila sudah memilih calon suami yang dicintai, maka tiada pilihan lain selain harus ikut mencintai keluarga calon suami, cinta tidak cinta ya berusahalah untuk cinta... kalau tidak, maka siap-siap saja untuk makan hati seumur hidup.... padahal bisa dibayangkan bagaimana rasanya makan hati seumur hidup tanpa variasi daging sayur ataupun telur bisa eneg bukan....
*********** OOT dikit (males ganti judul) *******************
Menemukan tambatan hati adalah impian para jomblower walaupun sebagian dari mereka berdalih nyaman menjadi jojoba aka jomblo jomblo bahagia, namun akan ada masanya seseorang mutlak butuh tambatan hati untuk menghabiskan waktu bersama disisa hidup (baca: menikah) bukan hanya mensharing hati tapi juga untuk menemani hari tua. Saya sendiri merasakan pendamping hidup itu sangat dibutuhkan terutama saat kondangan, lebih dibutuhkan ketimbang mobil atau kendaraan untuk kondangan itu sendiri, karena kalo gada mobil bisa naik taxi, nah kalo ga ada partner cengok doong, kan lazimnya orang kondangan itu bawa pasangan, ya gaaa.... Oke lah bisa ajak temen tapi kalo temen itu kan gak akan selamanya... ada waktunya temen bawa pacar sendiri atau menggandeng suami/istri.
Mengenai batasan kapan harus melepas predikat jojoba itu relatif tergantung kesiapan mental dan kantong tentunya, dan biasanya mulai tergesa ketika melihat teman kanan kiri sudah mulai menikah)
Nah seorang jomblower yang kemudian menemukan tambatan hati juga bukan berarti sudah di zona aman, malah makin masuk di complicated zone, karena sudah mulai harus belajar mencintai keluarganya lagi karena tentunya pertemuan dan kontak dengan keluarga suami lebih intens saat sudah menikah (baca: tulisan awal lagi :p).
NOTE: Gambar diatas diambil dari Google Books, jangan lupa beli bukunya di toko buku kesayangan di kota anda dan kalau pinjam jangan lupa dikembalikan...
***lanjut lagi nanti, kerja dulu...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar